UST. ABU HAIDAR - AL-AWAA'IQU ATH-THALAB (Kendala Bagi Para Penuntut Ilmu) #2
Pemateri : Ustadz Abu Haidar As-Sundawy (Hafizahullah)
Tempat : Masjid Raya Cipaganti (Jl. RD.A Wiranata Kusumah No.8, Bandung)
Hari/Tanggal : Selasa, 2 Jumadil Awwal 1438 H. /31 Januari 2017 M.
***
Ada 2 Kendala para penuntut ilmu yang sudah di bahas :
1. Tidak Ikhlas
2. Tidak Mengamalkan Ilmu
Sekarang dilanjutkan KENDALA YANG KE -3
Bersandar hanya kepada kitab, tidak belajar ke orang, tidak belajar kepada para Ulama. Hanya menelisik buku/kitab secara otodidak, terutama kitab penerjemah yang belum tentu terjemahannya benar.
Ini merupakan hal yang berbahaya jika orang membaca langsung dan membaca dari terjemahan. Sebagian para penuntut ilmu merasa dirinya punya kemampuan untuk mengambil ilmu tanpa perantara ulama. Dan inilah yang dimaksud "Over Confident".
Berkata Imam Syafi'i Rahimahullah, siapa orang yang memahami agama, langsung dari isi kitab dia akan banyak menyia-nyiakan hukum.
Sebagian ulama menyatakan, diantara bencana yang besar adalah para pembaca bersikap so' tahu atau so' ke syaikh-syaikhan. Itu termasuk bencana terbesar menurut para ulama.
Berkata Al-Faqih Sulaiman bin Musa, janganlah mereka mengambil Qur'an dari Mushafiyyin (orang-orang yang mempelajari Qur'an langsung dari mushaf, tanpa berguru langsung kepada Ulama) selanjutnya jangan mengambil ilmu dari shohafin (Orang-orang yang hanya mengambil ilmu hanya dari tulisan-tulisan di dalam kitab).
Para ulama menetapkan suatu QOIDAH :
"Siapa orang yang menjadikan gurunya adalah kitabnya, maka kesalahannya akan lebih banyak daripada benarnya".
Syaikh Ali Hasan, beliau menjelaskan ada beberapa contoh :
A. Manuskrip, tulisan asli para Ulama di kulit-kulit binatang, di kayu-kayu dan di daun-daun yang masih bertahan. Lalu hilang tertimbun dan ditemukan sekumpulan kitab-kitab ulama itulah yang disebut manuskrip.
Dan tata cara penulisan tiap abad berbeda.
B. Ungkapan para Ulama begitu tinggi nilai sastranya (Balagoh), jadi banyak tidak terjangkau oleh orang-orang awam. Akhirnya salah paham dan keliru, lalu saat diamalkan salah dan saat diajarkan pun salah.
Makannya para ulama membuat kaidah tersebut. Itu jika kitab asli, apalagi terjemahan maka belum tentu pas terjemahannya.
Kitab-kitab yang dibuat para ulama sangat memperhatikan keindahan bahasa dan makna, karena memiliki efek yang luar biasa.
Berdasarkan itu jauh berbeda membaca terjemahan dengan membaca asli. Baca asli saja beresiko apalagi membaca terjemahan.
Orang-orang bodoh menyangka bahwa kitab-kitab bisa memperoleh ilmu yang bisa dipahami dengan benar. Orang bodoh tersebut tidak mengetahui bahwa di dalam kitab-kitab tersebut banyak perkara-perkara samar yang dapat membingungkan akalnya. Jika kamu belajar agama tidak melalui guru, maka kamu akan termanipulasi, sehingga kamu akan lebih sesat dibanding hakim yang bingung. Itulah bait syair yang diungkapkan oleh para ulama terhadap menuntut ilmu secara otodidak.
Para penuntut ilmu wajib menuntut ilmu dari para mulut ulama, tidak melalui tulisan, tidak melalui kitab. Karena ada banyak hal yang hanya mampu diucapkan secara lisan.
Ada beberapa perkara penting yang harus diperhatikan :
- ada beberapa huruf-huruf penulisan dan pelafadzan berbeda (Dalam semua bahasa), dan jika orang semata-mata belajar Al-Quran tanpa guru maka akan keliru.
- koreksi/salah tulis, ada bacaan yang tidak tertulis dan banyak lagi pemahaman yang dapat mempengaruhi para pembaca. Dan itu diakibatkan dari belajar langsung tanpa guru.
Bila keadaannya seperti yang tadi digambarkan, kita baca langsung di depan para ulama dan di koreksi jika ada kesalahan, itu lebih utama dibandingkan kita membaca kitab untuk diri kita sendiri.
# KENDALA YANG KE - 4
Mengambil ilmu dari orang-orang kecil
Telah menyebar fenomena orang-orang yang mengambil ilmu dari orang-orang muda pada zaman ini. Karena ini merupakan perkara yang menghalangi para penuntut ilmu dari jalan selamat. Kenapa demikian (?), Karena mengambil ilmu dari orang yang masih muda-muda, pengalaman mereka dalam menuntut ilmu belum banyak.
Kenapa itu dianggap salah (?) Karena dikalangan mereka ada yang lebih sepuh dan lebih matang dalam hal pengalaman dan ilmunya.
Jadi alasan kenapa ini termasuk penyakit, karena mengambil ilmu dari anak-anak muda belia yang pengalaman ilmu agamanya belum banyak padahal ada orang-orang yang lebih senior dan langkah-langkah menuntut ilmunya lebih banyak. Karena ada banyak ilmu yang belum diketahui para pemuda. Jika mengambil ilmu dari orang-orang besar maka akan selamat sementara mengambil ilmu dari orang-orang kecil maka akan
Berkata Abdullah Ibn Mas'ud Radhiyallahu'anhu, Mengambil ilmu dari orang yang amanah dan berilmu.
Belajar ilmu syar'i kepada orang bodoh merupakan tanda-tanda akhir zaman.
Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda,
Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah ilmu didapat dari orang-orang kecil.
Apa yang dimaksud kecil disini, para ulama ikhtilaf ketika menafsirkan (Ash-Shigor). Imam Ibnu kutaibah menjelaskan, yang dimaksud orang kecil disini adalah kecil usianya, janggutnya belum beruban, dimana pengamalan ilmunya masih sedikit.
Yang dimaksud dalam ungkapan Ibnu Mas'ud tadi, manusia akan berada diatas kebaikan jika para ulamanya berilmu/sudah sepuh atau tua. Karena jika umurnya sudah sepuh rasa syahwatnya sudah ditarik. Oleh karena itu perasaan nikmat yang dirasakan oleh para pemuda sudah hilang dan bertindak sembrononya sudah tidak ada. Dan juga sudah mendapatkan banyak pengalaman.
Adapun disebutkan oleh Muallif, orang yang masih muda terkadang perkara-perkara tadi masih ingin menikmati masa muda. Jika perkara-perkara tersebut masuk kedalam ulama yang masih muda dan berfatwa, maka fatwa tersebut akan menjerumuskan kita kepada kekeliruan.
Kata Umar bin Khattab Radhiyallahu'anhu, "Aku telah mengetahui kapan manusia akan maslahat dan kapan manusia akan rusak".
Yaitu ketika datang pemahaman dan ilmu yang datang dari anak muda/bodoh/tidak berpengalaman lalu setelah itu diikuti oleh yang tua maka yang tua tersebut akan terbawa kedalam kemaksiatan. Tetapi jika ada pemahaman yang datang dari orang yang berilmu, sudah berpengalaman atau tua (dalam hal ilmu) dan diikuti oleh yang muda, maka dua-duanya akan selamat.
Sesungguhnya kalian akan berada di dalam kebaikan apabila ilmu ada berada di orang-orang (Kibar) berilmu/tua.
Tidak bolehnya mengambil ilmu dari orang-orang (Shogir), orang-orang yang bodoh atau orang-orang yang masih muda. Karena khawatir ditolaknya ilmu jika datang dari orang-orang yang "shogir". Dan akan menjadi penghambat datangnya ilmu.
Lalu menghadiri majelis ilmu lebih penting dibanding membaca kitab untuk sendiri.
Wallahu'alam
#ResumeKajian #MenuntutIlmu
_______________
©Hunter Unpad 2017
Line@ ID : @vql7648g
https://line.me/R/ti/p/%40vql7648g
Tempat : Masjid Raya Cipaganti (Jl. RD.A Wiranata Kusumah No.8, Bandung)
Hari/Tanggal : Selasa, 2 Jumadil Awwal 1438 H. /31 Januari 2017 M.
***
Ada 2 Kendala para penuntut ilmu yang sudah di bahas :
1. Tidak Ikhlas
2. Tidak Mengamalkan Ilmu
Sekarang dilanjutkan KENDALA YANG KE -3
Bersandar hanya kepada kitab, tidak belajar ke orang, tidak belajar kepada para Ulama. Hanya menelisik buku/kitab secara otodidak, terutama kitab penerjemah yang belum tentu terjemahannya benar.
Ini merupakan hal yang berbahaya jika orang membaca langsung dan membaca dari terjemahan. Sebagian para penuntut ilmu merasa dirinya punya kemampuan untuk mengambil ilmu tanpa perantara ulama. Dan inilah yang dimaksud "Over Confident".
Berkata Imam Syafi'i Rahimahullah, siapa orang yang memahami agama, langsung dari isi kitab dia akan banyak menyia-nyiakan hukum.
Sebagian ulama menyatakan, diantara bencana yang besar adalah para pembaca bersikap so' tahu atau so' ke syaikh-syaikhan. Itu termasuk bencana terbesar menurut para ulama.
Berkata Al-Faqih Sulaiman bin Musa, janganlah mereka mengambil Qur'an dari Mushafiyyin (orang-orang yang mempelajari Qur'an langsung dari mushaf, tanpa berguru langsung kepada Ulama) selanjutnya jangan mengambil ilmu dari shohafin (Orang-orang yang hanya mengambil ilmu hanya dari tulisan-tulisan di dalam kitab).
Para ulama menetapkan suatu QOIDAH :
"Siapa orang yang menjadikan gurunya adalah kitabnya, maka kesalahannya akan lebih banyak daripada benarnya".
Syaikh Ali Hasan, beliau menjelaskan ada beberapa contoh :
A. Manuskrip, tulisan asli para Ulama di kulit-kulit binatang, di kayu-kayu dan di daun-daun yang masih bertahan. Lalu hilang tertimbun dan ditemukan sekumpulan kitab-kitab ulama itulah yang disebut manuskrip.
Dan tata cara penulisan tiap abad berbeda.
B. Ungkapan para Ulama begitu tinggi nilai sastranya (Balagoh), jadi banyak tidak terjangkau oleh orang-orang awam. Akhirnya salah paham dan keliru, lalu saat diamalkan salah dan saat diajarkan pun salah.
Makannya para ulama membuat kaidah tersebut. Itu jika kitab asli, apalagi terjemahan maka belum tentu pas terjemahannya.
Kitab-kitab yang dibuat para ulama sangat memperhatikan keindahan bahasa dan makna, karena memiliki efek yang luar biasa.
Berdasarkan itu jauh berbeda membaca terjemahan dengan membaca asli. Baca asli saja beresiko apalagi membaca terjemahan.
Orang-orang bodoh menyangka bahwa kitab-kitab bisa memperoleh ilmu yang bisa dipahami dengan benar. Orang bodoh tersebut tidak mengetahui bahwa di dalam kitab-kitab tersebut banyak perkara-perkara samar yang dapat membingungkan akalnya. Jika kamu belajar agama tidak melalui guru, maka kamu akan termanipulasi, sehingga kamu akan lebih sesat dibanding hakim yang bingung. Itulah bait syair yang diungkapkan oleh para ulama terhadap menuntut ilmu secara otodidak.
Para penuntut ilmu wajib menuntut ilmu dari para mulut ulama, tidak melalui tulisan, tidak melalui kitab. Karena ada banyak hal yang hanya mampu diucapkan secara lisan.
Ada beberapa perkara penting yang harus diperhatikan :
- ada beberapa huruf-huruf penulisan dan pelafadzan berbeda (Dalam semua bahasa), dan jika orang semata-mata belajar Al-Quran tanpa guru maka akan keliru.
- koreksi/salah tulis, ada bacaan yang tidak tertulis dan banyak lagi pemahaman yang dapat mempengaruhi para pembaca. Dan itu diakibatkan dari belajar langsung tanpa guru.
Bila keadaannya seperti yang tadi digambarkan, kita baca langsung di depan para ulama dan di koreksi jika ada kesalahan, itu lebih utama dibandingkan kita membaca kitab untuk diri kita sendiri.
# KENDALA YANG KE - 4
Mengambil ilmu dari orang-orang kecil
Telah menyebar fenomena orang-orang yang mengambil ilmu dari orang-orang muda pada zaman ini. Karena ini merupakan perkara yang menghalangi para penuntut ilmu dari jalan selamat. Kenapa demikian (?), Karena mengambil ilmu dari orang yang masih muda-muda, pengalaman mereka dalam menuntut ilmu belum banyak.
Kenapa itu dianggap salah (?) Karena dikalangan mereka ada yang lebih sepuh dan lebih matang dalam hal pengalaman dan ilmunya.
Jadi alasan kenapa ini termasuk penyakit, karena mengambil ilmu dari anak-anak muda belia yang pengalaman ilmu agamanya belum banyak padahal ada orang-orang yang lebih senior dan langkah-langkah menuntut ilmunya lebih banyak. Karena ada banyak ilmu yang belum diketahui para pemuda. Jika mengambil ilmu dari orang-orang besar maka akan selamat sementara mengambil ilmu dari orang-orang kecil maka akan
Berkata Abdullah Ibn Mas'ud Radhiyallahu'anhu, Mengambil ilmu dari orang yang amanah dan berilmu.
Belajar ilmu syar'i kepada orang bodoh merupakan tanda-tanda akhir zaman.
Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda,
Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah ilmu didapat dari orang-orang kecil.
Apa yang dimaksud kecil disini, para ulama ikhtilaf ketika menafsirkan (Ash-Shigor). Imam Ibnu kutaibah menjelaskan, yang dimaksud orang kecil disini adalah kecil usianya, janggutnya belum beruban, dimana pengamalan ilmunya masih sedikit.
Yang dimaksud dalam ungkapan Ibnu Mas'ud tadi, manusia akan berada diatas kebaikan jika para ulamanya berilmu/sudah sepuh atau tua. Karena jika umurnya sudah sepuh rasa syahwatnya sudah ditarik. Oleh karena itu perasaan nikmat yang dirasakan oleh para pemuda sudah hilang dan bertindak sembrononya sudah tidak ada. Dan juga sudah mendapatkan banyak pengalaman.
Adapun disebutkan oleh Muallif, orang yang masih muda terkadang perkara-perkara tadi masih ingin menikmati masa muda. Jika perkara-perkara tersebut masuk kedalam ulama yang masih muda dan berfatwa, maka fatwa tersebut akan menjerumuskan kita kepada kekeliruan.
Kata Umar bin Khattab Radhiyallahu'anhu, "Aku telah mengetahui kapan manusia akan maslahat dan kapan manusia akan rusak".
Yaitu ketika datang pemahaman dan ilmu yang datang dari anak muda/bodoh/tidak berpengalaman lalu setelah itu diikuti oleh yang tua maka yang tua tersebut akan terbawa kedalam kemaksiatan. Tetapi jika ada pemahaman yang datang dari orang yang berilmu, sudah berpengalaman atau tua (dalam hal ilmu) dan diikuti oleh yang muda, maka dua-duanya akan selamat.
Sesungguhnya kalian akan berada di dalam kebaikan apabila ilmu ada berada di orang-orang (Kibar) berilmu/tua.
Tidak bolehnya mengambil ilmu dari orang-orang (Shogir), orang-orang yang bodoh atau orang-orang yang masih muda. Karena khawatir ditolaknya ilmu jika datang dari orang-orang yang "shogir". Dan akan menjadi penghambat datangnya ilmu.
Lalu menghadiri majelis ilmu lebih penting dibanding membaca kitab untuk sendiri.
Wallahu'alam
#ResumeKajian #MenuntutIlmu
_______________
©Hunter Unpad 2017
Line@ ID : @vql7648g
https://line.me/R/ti/p/%40vql7648g
Komentar
Posting Komentar