UST. ABU HAIDAR - AL-AWAA'IQU ATH-THALAB (Kendala Bagi Para Penuntut Ilmu) #3
Pemateri : Ustadz Abu Haidar As-Sundawy (Hafizahullah)
Tempat : Masjid Raya Cipaganti (Jl. RD.A Wiranata Kusumah No.8 Bandung)
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Jumadil Ula 1438 H. /7 Februari 2017 M.
***
KENDALA YANG KE EMPAT
4. Mengambil ilmu dari Ashogir (dari yang kecil)
Makna Ashogir (kecil) ada 2:
1. Kecil dalam ilmu (bodoh) agama,
2. Kecil usianya.
Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata, "Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selama ia bersama orang-orang kibar diantara mereka."
Apakah hukum ini berlaku secara mutlak bahwa kita harus menuntut ilmu kepada orang-orangtua? Tidak, Hukum ini tidak berlaku secara mutlak, Karena dahulu para sahabat dan tabi'in sudah mengajar ketika masih remaja, padahal muridnya ada yang dari kalangan orangtua. Tapi zaman setelah mereka itu jarang ditemui.
"Boleh belajar kepada anak muda jika ilmunya memumpuni"
Maksudnya adalah kita menempatkan orang sesuai dengan kualitasnya. Keahliannu, kemampuannya. Jika ada anak muda yang layak ilmunya di ambil dan dia sering mutolaah kitab-kitab maka boleh berdiskusi dengannya. Tapi jika dijadikan sumber fatwa maka JANGAN. KARNA AKAN SANGAT BERBAHAYA
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata,
لو رأيت رجلا اجتمع الناس حوله لقلت هذا مجنون ، ومن الذي اجتمع الناس حوله لا يحب أن يجود لهم كلامه
Kalau aku melihat seorang dikerumuni manusia, aku akan berkata ini orang gila, adapun manusia yang dikerumi manusia maka dia tidak akan suka menjelek2an sikapnya kepada manusia (jaim)
Dan ulama rabbani tidak akan membiarkan dirinya dikerumuni seperti itu.
Beliau juga berkata,
بَلَغَنِي أَنَّ الْعُلَمَاءَ فِيمَا مَضَى كَانُوا إِذَا تَعَلَّمُوا عَمِلُوا ، وَإِذَا عَمِلُوا شَغَلُوا ، وَإِذَا شَغَلُوا فَقَدُوا ، وَإِذَا فَقَدُوا طَلَبُوا ، وَإِذَا طَلَبُوا هَرَبُوا
"Telah sampai berita kepadaku, bahwa ulama dahulu jika mereka belajar ilmu mereka langsung amalkan ilmu tersebut, Jika mereka amalkan ilmunya mereka sibuk beramal, jika mereka sibuk beramal maka ulama itu menghilang, ketika menghilang orang akan mencarinya, ketika orang mencarinya ia kabur menghindar."
Imam Ahmad rahimahullah apabila beliau keluar, beliau menutup wajahnya dengan sorbam. Ketika dia melewati kerumunan orang dia mendengar semua orang memujinya. Medengar itu Beliau sedih dan berkata "aduh celaka aku jangan2 itu adalah istidraj (tipu daya dari Allah kepada hamba)
Ilmu itu bukan buat memvonis orang lain,
Harusnya bertambahnya ilmu bertambah pula akhlaknya, semakin bijak, matang dan bersikap menyenangkan bagi banyak orang, membuat orang-orang suka dengan akhlaqnya.
Penulis berkata, "wahai penuntut ilmu jika engkau ingin ilmu dari sumbernya maka itu dari ulama kibar yang jenggot mereka beruban, jasad mereka rapuh, kekuatan mereka lemah karena ilmu dan belajar maka belajarlah dengam mereka sebelum mereka menghilang, galilah dari mereka sebelum engkau berpisah darinya. Karena dalam gelap gulita bulan purnama tidak kelihatan (ulama sibuk beribadah) .
"Pada zaman sekarang ini barometer untuk menetapkans siapa ulama dan yang tidak. Ini sudah sangat longgar dikalangan manusia. Manusia menilai orang yang bisa berkhutbah maka ialah ulama. Ini kenyataan yang menyakitkan nan memperihatinkan."
Nabi shalallahu 'alaihi wa salam bersabda,
إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Apabila sebuah urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, tunggulah kehancurannya.” (HR. Bukhari)
"Maka hendakalah penuntut ilmu berhati hati dari mereka. Kecuali jika ada ahli ilmi yang terkenal di kalangan mereka. Dan bahwasannya tidak setiap prang yang pandai beretorika ia adalah orang yang berilmu, mesti dilihat dari kemampuan ilmunya."
Penjalasan di atas bukan bermaksud tidak boleh mendengarnya nasihat darinya tapi maksudnya tidak boleh menjadikan rujukan dalam berfatwa
____________
KENDALA YANG KELIMA
5. Tidak bertahap dalam mempelajari ilmu.
Contohnya seorang yang belajar matematika maka ia akan belajar terlebih dahulu angka 1-9, lalu perjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian, akar kuasrat dan seterusnya.
Begitu juga dalam urusan agama. Harus memiliki Sikap tadarruj (bertahap) dan hal ini tidak ada ulama yang memperselisihkannya (semua setuju).
Bahkan Al Qur'an pun diturunkan secara bertahap, berangsur-angsur.
Allah berfirman,
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. [Al Isra: 106]
Allah juga berfirman,
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil [Al Furqan: 32]
Diantara hikmah diturunkan Al Qur'an berangsur-angsur adalah untuk menguatkan Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam
Az Zubaidy berkata,
"Wajib bagi setiap pencari ilmu untuk tidak berbicara/masuk ke dalam suatu ilmu sampai ia selesai mempelajari ilmu tersebut. Karena berkumpulnya semua ilmu pada pendengarannya akan menyebabkan kesesatan dalam memahami"
Oleh karena itu Allah berfirman,
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. [Al Baqarah: 121]
"Membaca kitab dengan sebenarnya," maksudnya tidak meninggalkan/berpindah dulu satu cabang ilmu sehingga ia menguasai ilmu itu secara teori dan praktek. Para ulama menekankan pengamalan supaya ada "rasa" yang timbul dimana "rasa" itu tidak terasa ketika belajar.
Seperti orang yang makan lada atau cabai. Walaupun kita beritahu kalau cabai itu pedas dll. Maka dia tidak akan sempurna pengetahuannya sebelum ia mencoba cbai itu sendiri.
Kebanyakan orang gagal dari tujuan karena mengabaikan kaidah ini.
_______
Tadarruj terbagi dua,
1. Bertahap antara satu cabang ilmu dengan cabang ilmu yang lain
2. Bertahap dalam satu cabang ilmu.
Bertahap dalam satu cabang ilmu, contohnya ilmu nahwu, tidak bisa langsung belajar adad ma'dud (bilangan), harus belajar fiil isim dan huruf dahulu.
Setiap ulama berbeda dalam masalah ini tergantung siapa pengajar dan kebiasaan dilingkungannya tempat mereka belajar-mengajar
Ibnu Juraij berkata, "Aku datang kepada Atha' untuk belajar ilmu hadits, sedang disamping beliau ada Abdullah bin Ubaid bin Umair, kemudian Ibnu Umair bertanya kepadaku "apa kamu sudah hafal quran?", aku menjawab, "belum", beliau berkata, "kalau begitu, pergi hafalkan quran dulu.
Kemudian aku pergi untuk menghafalkan quran, Setelah hafal aku datang kepada Atha' sedang disamping beliau ada Ibnu Umair, beliau bertanya kepadaku lagi, "apa kamu sudah belajar ilmu waris?" aku berkata "belum" beliau berkata padaku, "kalau begitu, pergi dan pelajarilah" maka akupun belajar ilmu waris. Setelah belajar aku datang kepada Atha' dan beliau berkata, "nah skrg kamu baru boleh belajar ilmu hadits"
Abul Aina berkata, Aku mendatangi Abdullah bin Dawud, beliau berkata, "untuk apa kamu datang?" Aku berkata, "untuk belajar hadits", beliau menjawab, "pergilah dan hafalkanlah Al Qur'an", aku menjawab, "Aku sudah hafal Al Quran," kalau begitu lanjutkan ayat ini...
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ نُوح...
maka akupun membaca seperspuluh Al Quran (3 juz), beliau kembali menyuruhku, "Sekarang pergilah dan pelajari ilmu waris", aku menjawab, "Aku sudah belajar as Sulb (saudara kandung), al jadd dan al kubar," beliau bertanya, "kalau begitu mana yang lebih dekat denganmu pamanmu atau keponakanmu?" Maka aku menjawab "Ibnu akhi (kepononakan)" "Apa alasannya?" aku menjawab, "karena saudaraku berasal dari ibuku, sedangkan pamanku bertemu nasabku dengan kakekku"
Beliau kembali menyuruhku, "Pergilah dan pelajarilah bahasa arab." Aku menjawab, "Aku sudah menguasai bahasa arab ini sebelum menguasai ilmu tadi" beliau berkata, "kalau begitu aku tanya padamu,
Kenapa umar berkata ketika ditusuk oleh Abu Lu' lu ah umar berkata, 'ya lallahi walil muslimin.' Kenapa untuk Allah difathahkan dan kenapa umtuk muslimin di kasrohkan?" aku menjawab, "difathahkan untuk Allah karena dalam rangka berdoa, dikasrohkan untuk muslimin karena dalam rangka meminta pertolongan"
Kemudian beliau berkata, "Kalau begitu jika aku ingin mengajarkan hadits maka aku akan mengajarkannya kepadamu."
Abu Umar bin Abdul Abdul Bar berkata,
"Mencari ilmu itu beragam dan bertingkat, mesti berurutan dan tidak boleh dilanggar, siapa yang melanggarnya secara kesuluruhan maka ia sudah menyimpang dari metodlogi salaf. Barangsiapa yang menyimpang secara sengaja maka ia sesat dan barangsiapa yang menyimpang secara tidak sengaja maka ia tergelincir."
#ResumeKajian
_______________
©Hunter Unpad 2017
Line@ ID : @vql7648g
https://line.me/R/ti/p/%40vql7648g
Komentar
Posting Komentar