KAJIAN UST. FIRANDA ANDIRJA - RIYA TERSELUBUNG


Daurah ke-12 Muslim Melayu Qatar
Pemateri : Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA Hafizhahullah
Bertempat di : Masjid no. 1235 - Qatar
Pukul :  08.00 - 11.00 Waktu Qatar/ 12.00 - 15.00 WIB



Ada riya terang-terangan dan ada riya yang terselubung, karena nya para ulama memperhatikan niat mereka tulus atau tidak. Karena amal sebesar apapun, seletih apapun kalau tidak dibarengi dengan keikhlasan maka amal tersebut akan sia-sia. Oleh karena nya Sufyan At-Thawri rahimahumullah, beliau adalah ulama besar, ulama hadits kata beliau "Aku tidak pernah melewati suatu yang berat seperti menghadapi niatku, karena niatku senantiasa berubah-ubah."

Penyakit riya, ingin dilihat ketika beramal, ingin disebut-sebutkan jika beramal. Ini penyakit yang justru menimpa orang-orang yang beramal shalih, orang yang rajin salat, orang yang rajin berkecimpung di bidang dakwah, orang yang menulis tulisan nasihat, justru mereka ini yang rawan terkena penyakit riya. Karena mereka yang menjadi target iblis agar amalan mereka gugur. Inilah perkara yang mengenaskan, mereka banyak beramal tetapi amal nya gugur karena tertimpa penyakit riya. 

 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan kepada para shahabat, 
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ الله وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ الرِّياَءُ
Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah syirik kecil”. Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil tersebut wahai Rasulullah?”  Jawab Beliau, “Riya’ ”. (H.R. Ahmad dengan sanad yang shahih)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengkhawatirkan para shahabat, karena para shahabat adalah orang-orang shalih. Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya”. [HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa’id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30]

Syirik Khafiy (syirik yang samar) yang tidak tau gerak gerik hati kecuali oleh Allah subhanahu wa taa'la, orang orang terpedaya berfikir dia ikhlas tapi ternyata dia riya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkan : Seorang yang berdiri kemudian salat, kemudian dia baguskan salat nya karena dia tau ada orang yang memperhatikan salatnya. Dia baguskan salat nya bukan karena Allah, tetapi untuk dipuji. 
Ini adalah riya yang samar, yang lebih nabi shallallahu 'alaihi wa sallam takutkan dibanding fitnah dajjal. Kenapa? Karena dajjal fitnah nya di akhir zaman, hanya sekali. Kita belum tentu bertemu dajjal, tetapi riya mengintai kita setiap saat, bisa jadi pagi ini ikhlas, tetapi siang sudah riya. 

Allah subhanahu wa taa'ala berfirman, 
ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir . “ (Al Baqarah:264)

Orang yang riya, dia menipu dirinya dan juga menipu orang lain. Memperlihatkan didepan orang seakan-akan orang yang tulus, dalam dakwahnya, dalam ibadahnya tetapi hatinya menyimpan penyakit riya (syirik kaffiy) orang tidak melihat tetapi Allah mengetahui. 

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Q.S. Al Mu'minun : 19)

Karenanya Imam Ibnu Qayyim dalam kitab nya mengatakan tentang bahaya riya "Sesungguhnya penggugur-penggugur amalan shalih dan perusak amalan shalih sangatlah banyak tidak terhitung. Bukan perkara terpenting, bukan pada amal shalihnya tetapi yang terpenting bagaimana menjaga amal shalih agar tidak terkena perkara-perkara yang dapat merusaknya." Dan orang yang riya itu menjadi minus, seandainya dia tidak riya dia mendapat nilai plus. Tetapi tatkala dia riya, bukan hanya amalan nya gugur kemudian menjadi 0, bahkan dia berlebih menjadi minus karena riya itu maksiat. Kemudian beliau memberi contoh : Riya meskipun tipis menggugurkan amal. Anda beramal shalih ingin dipuji oleh satu orang sudah menggugurkan amal, tidak ada bedanya bila ingin di puji seribu orang, satu juta orang tidak ada bedanya sama sama gugur. Allah tidak menerima kesyirikan sama sekali. 

Allah berfirman dalam hadits Qudsi :
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ ، تَرَكْتُهُ وَ شِرْكَهُ
“Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya” [HR Muslim, no. 2985 dan Ibnu Majah, no. 4202 dari sahabat Abu Hurairah)]
Jadi orang beramal shalih harus ikhlas 100% karena Allah. Tidak boleh sedikitpun untuk mencari pujian manusia.
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ

Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (Q.S. An-Nahl : 66)

Ikhlas artinya murni, pemurnian kalau ada susu tersebut ada setetes darah maka tidak benar, jika di susu tersebut ada kotoran maka tidak benar. Demikianlah gambaran ikhlas. 

Kemudian Imam Ibnu Qayyim mengatakan "Dan pintu-pintu riya itu sangat banyak, tidak terhitung." 

Bagaimana kita terhindar dari Riya?

1. Yang paling utama adalah berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala, karena yang memegang hati kita Allah subhanahu wa ta'ala. 
Doa yang paling sering dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).” Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi no. 3522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّ الْقُلُوبَ بِيَدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا
Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya.” (HR. Ahmad 3/257. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy (kuat) sesuai syarat Muslim)

2. Merenungkan nasib orang yang riya, di dunia maupun di akhirat
Di dunia, orang yang riya adalah orang yang menderita bathin nya. Karena dia mencari-cari pujian dan pujian tidak selalu dia dapatkan. Walaupun di puji orang lain tetapi pujian tersebut tidak sesuai yang diharapkannya. Adapun orang yang ikhlas maka dia orang yang paling bahagia, tidak peduli dengan pujian orang lain. Muamalah dia tatkala memberi bantuan kepada orang lain bukan dengan orang tersebut tetapi kepada Allah subhanahu wa ta'alla. Jadi orang kalau mencari pujian itu menderita. Kemudian di akhirat juga sangat menderita. Terdapat dalam hadits nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ سَمَّعَ النَّاسَ بِعَمَلِهِ ، سَمَّعَ اللهُ بِهِ مَسَامِعَ خَلْقِهِ ، وَصَغَّرَهُ وَحَقَّرَهُ
“Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah rendahkan dia dan menghinakannya”. [HR Thabrani dalam al Mu’jamul Kabiir; al Baihaqi dan Ahmad, no. 6509. Dishahihkan oleh Ahmad Muhammad Syakir. Lihat Shahiih at Targhiib wat Tarhiib, I/117, no. 25].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ الرِّيَاءُ ، يَقُوْلُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جَزَى النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ : اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُوْنَ فِيْ الدُّنْيَا ، فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزاَءً ؟!
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia “Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepada mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?” [HR Ahmad, V/428-429 dan al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/324, no. 4135 dari Mahmud bin Labid. Lihat Silsilah Ahaadits Shahiihah, no. 951]

3. Merenungkan orang yang kita cari pujian
Beramal shalih ingin di puji siapa? Manusia? Mereka tidak bisa memberikan manfaat pada hari kiamat. Yang menyelamatkan kita pada akhirat hanya amal shalih. Maka seorang hanya berharap kepada Allah subhanahu wa ta'alla. Yakinlah jika seluruh dunia memuji kamu, tidak akan ada faidah nya di sisi Allah subhanahu wa ta'alla sebaliknya jika seluruh dunia mencela kamu ternyata engkau mulia di sisi Allah subhanahu wa ta'alla, tidak ada pengaruhnya di celaan mereka. Maka seseorang mencari pujian dari Allah subhanahu wa ta'alla.

4. Menyembunyikan amal shalih
Menampakan amal shalih bukan riya, tetapi amal shalih yang terbaik adalah amal yang di sembunyikan. Amal shalih ada 2 model :
4a). Amal shalih yang dibutuhkan untuk syiar (diperlihatkan)
contoh : salat berjamaah, adzan 
4b). Amal shalih yang lebih afdhal disembunyikan
contoh : sedekah, salat sunnah, berbakti kepada orang tua. 
Allah subhanahu wa ta'alla berfirman, 
إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Baqarah : 271)

Oleh karena nya Imam Ibnu Qayyim rahimahumullah berkata "Bisa jadi seorang beramal shalih dia sembunyikan maka malaikat mencatat amal tersebut di catatan amal tersembunyi karena pahala nya lebih spesial. Kemudian tidak lama beberapa waktu, syaithan menggelitik hati nya karena syaithan tidak kalau tidak bisa menjerumuskan ke dalam riya paling tidak pahala nya berkurang. Bagaimana? Syaithan menggelitik hatinya untuk bercerita tetapi tidak untuk pamer hanya sekedar cerita saja, waktu dia cerita maka catatan nya berpindah dari catatan amal tersembunyi menjadi catatan amal tidak tersembunyi, pahala nya lebih kecil. Kemudian syaithan menggoda lagi, sampai akhirnya dia cerita dalam rangka untuk di puji, dalam rangka untuk di hormati Maka jadilah amal nya riya, tidak ada pahala nya."

  Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ خَبْءٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ
"Barang siapa diantara kalian yang mampu untuk memiliki amal sholeh yang tersembunyikan maka lakukanlah !" (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 2313)

Dahulu para salafus shalih mereka bersusah payah menyembunyikan amal shalih mereka, bahkan ada yang marah tatkala ketahuan mereka beramal shalih. Zaman sekarang orang bersusah payah untuk menunjukan amal shalih mereka. Jangan membuat kesan seakan-akan kita hebat padahal tidak. Sebisa mungkin kita menyembunyikan amal shalih kita dan jangan kita sebut kecuali dalam kondisi darurat karena itu lebih selamat untuk keikhlasan kita. Contoh darurat : Kita dituduh oleh kakak-kakak kita misalnya, kamu kok gapernah bantu ibu. Karena kalau kita bantu ibu, ibu gapernah cerita kepada kakak kita. Maka kita dituduh tidak pernah bantu ibu, maka kita boleh cerita untuk menepis tuduhan. Oleh karena nya seseorang punya hak menyembunyikan amal shalih nya. 

Syaitan tidak berhenti berusaha menjadikan amalan anak Adam tidak bernilai di sisi Allah. Diantara cara jitu syaitan adalah menjerumuskan anak Adam dalam berbagai model riyaa'. Sehingga sebagian orang "KREATIF" dalam melakukan riyaa', yaitu riyaa' yang sangat halus dan terselubung. Diantara contoh kreatif riyaa' tersebut adalah :

Pertama : Seseorang menceritakan keburukan orang lain, seperti pelitnya orang lain, atau malas sholat malamnya, tidak rajin menuntut ilmu, dengan maksud agar para pendengar paham bahwasanya ia tidaklah demikian. Ia adalah seorang yang dermawan, rajin sholat malam, dan rajin menuntut ilmu. Secara tersirat ia ingin para pendengar mengetahui akan amal ibadahnya.

Model yang pertama ini adalah model riya' terselubung yang terburuk, dimana ia telah terjerumus dalam dua dosa, yaitu mengghibahi saudaranya dan riyaa', dan keduanya merupakan dosa besar. Selain itu ia telah menjadikan saudaranya yang ia ghibahi menjadi korban demi memamerkan amalan sholehnya
Kedua : Seseorang menceritakan nikmat dan karunia yang banyak yang telah Allah berikan kepadanya, akan tetapi dengan maksud agar para pendengar paham bahwa ia adalah seorang yang sholeh, karenanya ia berhak untuk dimuliakan oleh Allah dengan memberikan banyak karunia kepadanya.

Ketiga : Memuji gurunya dengan pujian setinggi langit agar ia juga terkena imbas pujian tersebut, karena ia adalah murid sang guru yang ia puji setinggi langit tersebut. Pada hakikatnya ia sedang berusaha untuk memuji dirinya sendiri, bahkan terkadang ia memuji secara langsung tanpa ia sadari. Seperti ia mengatakan, "Syaikh Fulan / Ustadz Fulan…luar biasa ilmunya…, sangat tinggi ilmunya mengalahkan syaikh-syaikh/ustadz-ustadz yang lain. Alhamdulillah saya telah menimba ilmunya tersebut selama sekian tahun…"

Keempat : Merendahkan diri tapi dalam rangka untuk riyaa', agar dipuji bahwasanya ia adalah seorang yang low profile. Inilah yang disebut dengan "Merendahkan diri demi meninggikan mutu"

Kelima : Menyatakan kegembiraan akan keberhasilan dakwah, seperti banyaknya orang yang menghadiri pengajian, atau banyaknya orang yang mendapatkan hidayah dan sadar, akan tetapi dengan niat untuk menunjukkan bahwasanya keberhasilan tersebut karena kepintaran dia dalam berdakwah

Keenam : Ia menyebutkan bahwasanya orang-orang yang menyelisihinya mendapatkan musibah. Ia ingin menjelaskan bahwasanya ia adalah seorang wali Allah yang barang siapa yang mengganggunya akan disiksa atau diadzab oleh Allah.

Ini adalah bentuk tazkiyah (merekomendasi) diri sendiri yang terselubung.

Ketujuh : Ia menunjukkan dan memamerkan kedekatannya terhadap para dai/ustadz, seakan-akan bahwa dengan dekatnya dia dengan para ustadz menunjukkan ia adalah orang yang sholeh dan disenangi para ustadz. Padahal kemuliaan di sisi Allah bukan diukur dari dekatnya seseorang terhadap ustadz atau syaikh, akan tetapi dari ketakwaan. Ternyata kedekatan terhadap ustadz juga bisa menjadi ajang pamer dan persaingan.

Kedelapan : Seseorang yang berpoligami lalu ia memamerkan poligaminya tersebut. Jika ia berkenalan dengan orang lain, serta merta ia sebutkan bahwasanya istrinya ada 2 atau 3 atau 4. Ia berdalih ingin menyiarkan sunnah, akan tetapi ternyata dalam hatinya ingin pamer. Poligami merupakan ibadah, maka memamerkan ibadah juga termasuk dalam riyaa'.

Hukum - hukum yang berkaitan dengan Riya :
1. Harus dibedakan antara riya (mencari pujian manusia) dengan niat untuk mencari pahala duniawi
Antara niat beramal shalih supaya dipuji dengan seorang beramal shalih untuk mendapatkan nilai duniawi. Kalau seseorang beramal shalih karena ingin di puji maka sedikitpun tercampur maka amal nya buruk. Tetapi, kalau seorang berniat ikhlas karena Allah sekaligus berniat untuk perkara dunia, maka dilihat. Banyak ulama berpendapat selama motivasi akhirat nya lebih besar masih mendominasi meskipun ada nilai dunia nya maka tidak jadi masalah. 
Contoh : Seorang berhaji dan berumrah supaya dia bisa berdagang sekalian, maka itu boleh. Karena haji dan umrah nya ikhlas bukan untuk mencari pujian tetapi sekaligus ingin berdagang. 

2. Riya bisa ditinjau kapan dia mencampuri amal shalih

a. Riya muncul sejak awal sebelum dia beramal shalih dia sudah berniat riya.
Maka kalau niat nya salah, ulama sepakat amalan nya gugur. 
b. Seorang awalnya ikhlas karena Allah subhanahu wa ta'alla di tengah-tengah dia terkena penyakit riya dan dia sadar kalau dia riya kemudian di lawan kalau ternyata berhasil melawan riya tersebut maka ulama sepakat amalan tersebut selamat. Demikian juga seorang yang sudah mencoba melawan tetapi tidak berhasil.

c. Seorang awalnya ikhlas di tengah tengah muncul riya tetapi dia membiarkan riya tersebut. Kalau ibadah tidak satu kesatuan contoh nya sedekah maka tidak apa, contoh : pagi bersedekah 500 ribu ikhlas dan pada sore ada orang datang minta bantuan dan dia ingin riya memberi 1 juta. Maka 500 ribu selamat, dan 1 juta tidak ada nilainya. Dan tidak ada hubungan nya sedekah 500 ribu dan 1 juta, berpisah.  Tetapi kalau salat ada hubungan nya antara rakaat 1 sampai rakaat akhir. Kalau ada orang batal rakaat ke3 karena buang angin, maka salat nya diulang dari awal. Jika ada orang yang salat jadi imam rakat 1 dia ikhlas rakaat ke2 dia riya dan sampai akhir dia riya. Bagaimana amalan nya? Ada khilaf diantara para ulama, pendapat 1. Imam Ahmad dan Hasan al Basri berpendapat bahwa amal nya di terima, karena yang Allah tinjau adalah amal pertama ikhlas karena Allah ta'alla dan ini pendapat yang ringan. 2. Menurut Syaikh Utsaimin rahimahumullah dan lainnya, bahwasannya amalan tersebut gugur. Waallahu'alam mana  yang benar.

d. Seorang beramal shalih dan riya nya muncul belakangan. Ada khilaf diantara para ulama. Menurut Ibnu Qayyim rahimahumullah, bahwasannya amalannya gugur. Pendapat kedua, bahwasannya umrah nya diterima karrena ikhlas adapun riya nya dosa tersendiri tidak ada kaitan nya dengan amalan sebelumnya. Karena amal kalau sudah ikhlas, sudah selesai. 

3. BAB Riya itu hanya masuk dalam amal shalih tidak masuk dalam amal duniawi. Sedangkan penyakit yang bisa menimpa amal duniawi ialah ujub dan sombong. 




Komentar

Postingan Populer